Donovon Mitchell Ingat Rasa Sakit Dikalahkan Pacers. Malam Jumat di Rocket Mortgage FieldHouse jadi ajang penebusan dosa yang lama ditunggu bagi Donovan Mitchell. Cleveland Cavaliers membalikkan dendam enam bulan lalu dengan kemenangan meyakinkan 120-109 atas Indiana Pacers di pekan ke-12 NBA Cup musim 2025-26. Mitchell, bintang berusia 28 tahun itu, ledak dengan 32 poin, sembilan rebound, lima assist, dan empat tembakan tiga poin dari 11-dari-22 lemparan lapangan dalam 34 menit bermain. Ini pertemuan pertama sejak Pacers eliminasi Cavs di babak kedua playoff Mei lalu dengan skor 4-1, di mana Mitchell cedera dan tim ambruk di Game 5 meski unggul besar awal. “Mereka mengalahkan kami, Anda ingin mengalahkan mereka, sesederhana itu,” tegas Mitchell pasca-laga ke Cleveland.com, nada suaranya campur dendam dan lega. “Saya benci setiap tim yang pernah mengalahkan kami. Saya yakin mereka merasakan hal sama.” Kemenangan ini angkat Cavs ke rekor 11-6 dan 2-1 di Cup, sementara Pacers tetap mandul tandang dengan 2-14. INFO CASINO
Jalannya Pertandingan yang Penuh Tekanan: Donovon Mitchell Ingat Rasa Sakit Dikalahkan Pacers
Babak pertama langsung panas, dengan Cavs unggul tipis 30-28 meski Pacers tekan tinggi. Mitchell mulai lambat—cuma enam poin—tapi Darius Garland ambil alih dengan 10 poin awal, paksa Indiana sering salah umpan. Kuarter kedua jadi perang saling serang: Pacers balik unggul 58-52 saat jeda berkat Tyrese Haliburton yang beri enam assist, tapi Mitchell bangkit dengan delapan poin di periode itu. Babak kedua berubah jadi dominasi Cavs. Kuarter ketiga krusial: run 28-15 beri unggul 86-79, dengan Mitchell cetak 12 poin sambil pimpin transisi cepat. Pacers coba balas lewat Pascal Siakam yang tambah 14 poin babak kedua, tapi turnover enam kali bikin mereka kehilangan ritme. Kuarter akhir formalitas: Cavs perlebar ke 11 poin, tutup laga dengan 120 poin—tertinggi tandang musim untuk mereka. Penguasaan bola Cavs 52 persen, tembakan tiga 14-dari-32 (44 persen) bandingkan Pacers 9-dari-28 (32 persen). Ini kemenangan keenam Cavs dari tujuh laga terakhir, hentikan tren buruk lawan Indiana.
Rasa Sakit Playoff yang Masih Melekat: Donovon Mitchell Ingat Rasa Sakit Dikalahkan Pacers
Enam bulan lalu, kekalahan 4-1 dari Pacers jadi luka dalam bagi Mitchell dan Cavs. Di Game 5 Mei, Cavs unggul 20 poin kuarter ketiga tapi ambruk 120-109 di rumah sendiri—eliminasi dini meski Mitchell cedera betis dan pergelangan kaki, cetak 35 poin tapi tak cukup. “Saya belum tidur semalaman itu,” ingat Mitchell pasca-playoff, di mana ia ambil tanggung jawab penuh: “Rasa malu itu yang harus kami bawa ke musim panas.” Ia lewatkan tiga lemparan bebas beruntun di seri itu, simbol kegagalan kolektif. Musim reguler 2024-25 Cavs finis runner-up Timur dengan 61 kemenangan, tapi playoff babak kedua runtuh karena cedera dan kurang kedalaman. Mitchell sebut “tidak ada kemenangan moral”—mereka ambil langkah maju tapi gagal capai gelar. Dendam ini jadi bahan bakar: di laga Jumat, ia target Siakam dan Haliburton, blok dua tembakan lawan. “Rasa sakit itu tak hilang, tapi malam ini kami balas,” katanya.
Performa Mitchell dan Respons Tim
Mitchell curi sorotan dengan 32 poin efisien—tertinggi tim—plus sembilan rebound defensif dan lima assist tanpa turnover babak kedua. Ia dominan di paint: 12 poin dari situ, plus empat tiga poin yang paksa pertahanan Pacers bolak-balik. Ini performa keenamnya 30-plus poin musim ini, angkat rata-rata jadi 27,2 poin per laga. Garland duet sempurna dengan 20 poin tujuh assist, sementara Evan Mobley solid 14 poin 10 rebound. Pelatih Kenny Atkinson puji: “Donovan bawa energi dendam itu ke lapangan—ia leader yang kami butuh.” Bagi Pacers, Haliburton frustrasi dengan 18 poin enam assist tapi delapan turnover, Siakam 22 poin tapi foul trouble. Mereka kebobolan 120 poin—terburuk tandang—dan rekor 2-14 tekan pelatih Rick Carlisle: “Kami tak siap hadapi intensitas mereka.” Dampak luas: Cavs naik ke posisi keempat Timur, beri moral boost jelang kunjungan Knicks Rabu nanti.
Kesimpulan
Kemenangan 120-109 atas Pacers jadi penebusan manis bagi Donovan Mitchell, yang ingat rasa sakit playoff enam bulan lalu sebagai bahan bakar. “Saya benci tim yang kalahkan kami”—ucapannya itu tak sekadar kata, tapi motivasi yang angkat Cavs dari eliminasi dini ke contender Timur. Dengan 32 poin all-around, Mitchell bukti ia siap pimpin skuad ke gelar—bukan sekadar balas dendam. Bagi Pacers, ini tamparan untuk benahi tandang buruk. Musim NBA panjang, tapi malam di Cleveland ini beri kenangan abadi: rasa sakit jadi kekuatan. Cavs punya talenta, dan Mitchell jadi jantungnya—fans berharap dendam ini berujung parade.
