Malcolm Brogdon Sudah Putuskan Akan Pensiun dari Dunia NBA. Malcolm Brogdon, guard veteran NBA yang dikenal sebagai pekerja keras di lapangan, mengumumkan pensiun mendadak dari liga pada 15 Oktober 2025, tepat seminggu sebelum musim reguler Knicks dimulai. Di usia 32 tahun, setelah sembilan musim penuh warna di empat tim, Brogdon pilih angkat kaki dari dunia basket profesional. Pengumuman ini datang saat ia lagi ikut training camp Knicks, di mana ia baru bergabung musim panas lalu dengan harapan tambah kedalaman backcourt. Bukan cuma soal fisik yang mulai protes, tapi juga keinginan untuk tutup babak karier dengan kepala tegak. Brogdon, yang pernah raih Rookie of the Year 2017 dan Sixth Man of the Year 2023, bilang keputusan ini “pilihan tepat untuk saya dan keluarga”. Di tengah pramusim yang panas, pensiunnya ini bikin Knicks pusing sementara, tapi juga beri ruang refleksi soal karirnya yang penuh perjuangan. Apa yang bikin Brogdon ambil langkah ini sekarang? Mari kita ulas tiga sisi utama, mulai dari perjalanan gemilangnya hingga alasan di balik pensiun. REVIEW FILM
Perjalanan Karier yang Penuh Prestasi dan Adaptasi: Malcolm Brogdon Sudah Putuskan Akan Pensiun dari Dunia NBA
Brogdon debut di NBA dengan Bucks pada 2016, langsung jadi sensasi sebagai rookie yang tak cuma pintar tapi juga tangguh. Musim pertama, ia rata-rata 10 poin dan 4 assist, cukup untuk angkat Rookie of the Year—prestasi pertama bagi pemain dari Virginia. Di Milwaukee, ia belajar dari Giannis Antetokounmpo soal kerja keras, bantu tim capai final 2021 di mana ia sumbang pertahanan elit dengan 1,1 steal per laga. Trade ke Pacers pada 2022 jadi turning point: di Indiana, Brogdon evolusi jadi playmaker lengkap, rata-rata 15 poin dan 5 assist, meski cedera hamstring sempat ganggu ritme.
Puncaknya datang musim 2022-2023 dengan Blazers, di mana ia raih Sixth Man of the Year berkat kontribusi dari bench—18 poin, 5 assist, dan pertahanan yang bikin lawan frustrasi. Ia pindah ke Portland untuk peran lebih besar, tapi cedera Achilles ringan bikin musim pendek. Bergabung Knicks musim panas 2025, Brogdon harap tambah kedalaman di samping Jalen Brunson, tapi training camp malah jadi akhir. Kariernya penuh adaptasi: dari starter ke sixth man, dari tim juara ke rebuild—selalu beri dampak, dengan karir total 12 poin, 4 rebound, dan 3 assist per laga. Pensiunnya ini tutup cerita sukses yang tak selalu mulus, tapi selalu inspiratif bagi pemain muda.
Alasan Pensiun yang Berakar pada Cedera dan Kesehatan Mental: Malcolm Brogdon Sudah Putuskan Akan Pensiun dari Dunia NBA
Brogdon tak sembunyi soal alasan pensiun: campuran fisik yang aus dan mental yang butuh istirahat. Cedera berulang jadi biang kerok utama—hamstring 2022, Achilles 2023, dan kini masalah bahu ringan di training camp yang bikin ia ragu jangka panjang. Di wawancara pasca-pengumuman, ia bilang “tubuh saya sudah beri sinyal, dan saya dengar itu sebelum terlambat”. Usia 32 tak tua di NBA, tapi untuk guard yang bergantung kecepatan, akumulasi 500 laga karir mulai terasa berat—ia absen 30 persen laga tiga musim terakhir.
Tapi bukan cuma fisik; kesehatan mental juga berperan besar. Brogdon cerita soal tekanan trade berulang—dari Bucks ke Pacers, lalu Blazers—yang bikin ia merasa “selalu di pinggir”. Di Knicks, ia harap stabilitas, tapi training camp ungkap kelelahan emosional setelah pandemi dan jadwal gila. “Saya mau fokus keluarga dan bisnis di luar lapangan,” katanya, sebut pensiun ini “pembebasan”. Ini tren di NBA: pemain seperti Blake Griffin pensiun dini karena alasan serupa. Brogdon pilih pensiun sebelum kontrak habis 2025, tinggalkan 10 juta dolar—bukti prioritas hidup di atas uang. Alasan ini bikin penggemar hormat: ia tak paksa diri, tapi pergi di puncak reputasi.
Dampak bagi Knicks dan Warisan Brogdon di NBA
Pensiun mendadak Brogdon langsung bikin Knicks repot di backcourt. Tim yang tambah Mikal Bridges musim panas harap Brogdon jadi cadangan Brunson, tapi kini harus buru pengganti—mungkin sign veteran seperti Delon Wright atau andalkan Miles McBride lebih banyak. GM Leon Rose bilang ini “kehilangan, tapi kami adaptasi”, tapi absennya berarti Knicks kurang kedalaman pertahanan—Brogdon pimpin tim dengan 1,2 steal per laga musim lalu. Di Barat, ini beri peluang rival seperti Warriors, tapi Knicks tetap favorit playoff Timur.
Warisan Brogdon lebih besar: ia jadi model pemain lengkap yang tak selalu headline tapi selalu efektif. Dari Rookie of the Year ke Sixth Man, ia inspirasi generasi seperti Jalen Suggs yang bilang “Jrue dan Malcolm ajarin saya soal IQ basket”. Pensiunnya tutup era guard pintar yang prioritas tim di atas ego—di NBA yang haus superstar, Brogdon ingatkan nilai kontribusi diam-diam. Knicks beri ia perpisahan hangat, dan liga hormati dengan tribute di media. Dampaknya? Knicks harus rebuild depth cepat, tapi Brogdon tinggalkan jejak abadi sebagai pro sejati.
Kesimpulan
Pensiun Malcolm Brogdon di usia 32 adalah akhir manis dari karir sembilan musim yang penuh prestasi dan perjuangan. Dari perjalanan adaptasinya di empat tim, alasan fisik-mental yang bijak, hingga dampak langsung bagi Knicks, semuanya tunjukkan pria yang tahu kapan tutup buku. Di NBA yang tak kenal ampun, Brogdon pilih pergi dengan martabat, tinggalkan warisan sebagai guard pintar yang beri lebih dari poin. Knicks harus gerak cepat isi lubang, tapi Brogdon? Ia siap babak baru—mungkin pelatih atau analis, tapi pasti sukses. Penggemar liga kehilangan pekerja keras, tapi dapat pelajaran: basket bukan segalanya. Selamat pensiun, Malcolm—kamu layak dapat tepuk tangan meriah.